Chiara sengaja bangun lebih pagi dari biasanya. Niatnya, biar nggak telat masuk kuliah. Di kampus, Chiara memang terkenal dengan sebutan Miss telat. Teman-teman Chiara sudah nggak heran lagi dengan kebiasaan itu. Kalau Chiara datang nggak telat, malah hal itu yang mengherankan.
“Pagi, Chiara… Tumben bangun lebih pagi. Biasanya kan Bunda harus teriak-teriak dulu untuk bangunin kamu,” sapa Bunda yang juga nggak nyangka Chiara akan bangun sepagi ini.
“Bunda nggak keberatan, kan? Abis, Chiara bosen ama predikat Miss telat,” canda Chiara menanggapi sapaan Bundanya.
“ya nggak keberatan dong, Chiara… Bunda malah udah lama pengen kamu nggak telat-telat lagi,” sahut Bunda sambil tertawa.
“Chiara mandi dulu ya, Bun. Bau nih…” jawab Chiara segera menuju kamar mandi.
Limabelas menit kemudian, Chiara sudah lengkap dengan baju kasualnya namun tetap rapi. Jam menunjukkan pukul 06.25.
“Wah… masih pagi, biasanya kan jam segini aku masih baru bangun tidur dan rebutan kamar mandi sama adik,” kata Chiara, melanjutkan obrolan dengan Bunda yang terputus saat mandi tadi.
“Ya. Tapi, kamu nggak boleh santai-santai. Harus langsung sarapan dan berangkat.”
“Beres, Bun,” jawab Chiara sambil mengacungkan jempolnya.
Chiara memang sangat berniat untuk nggak telat hari ini, makan pun dilakukannya hanya sepuluh menit. Padahal, biasanya nggak secepat itu apalagi kalau sudah kesiangan malah nggak sempat untuk sarapan cik… cik… cik..
“Finish…!” teriak Chiara di meja makan. Bunda hanya senyum-senyum melihat tingkah anak sulungnya itu.
“Emm… Pasti temen-temen pada kaget deh, liat aku nggak telat,” sambil cekikikan Chiara menunjukkan wajah ceria.
“Ya udah, kamu berangkat sekarang saja, Chiara.”
“Bentar lagi, Bun… Kan masih jam tujuh kurang. Ntar, malah kepagian sampai kampusnya.”
“Tapi, Chiara, jam-jam segini jalan dari rumah ke kampus kamu kan macet,” Bunda mengingatkan Chiara.
“Ntar deh Bun, 10 menit lagi. Jadi sampai kampus Chiara nggak lama banget nunggu dosen datang.”
Chiara memang nggak terlalu suka sampai kampus masih harus menunggu lama untuk masuk. Alasannya, terkadang kalau gnggak ada tugas teman-teman sekelasnya sibuk menggosip, bercanda yang gak jelas, sampai harus ada yang bengong saking gak tahu apa yang mesti dilakuin (:D). Jadi, Chiara lebih suka sampai di kampus berbarengan dengan dosen yang baru datang atau kalaupun harus menunggu, ya jangan kelamaan!
Sayangnya, sifat Chiara yang seperti in nggak ada hubungannya dengan kebiasaan telat. Kebiasaan telat murni karena kecerobohannya.
“Barang kamu nggak ada yang ketinggalan?”
“Nggak, Bun. Tadi malem Chiara udah siapin semuanya,” Chiara menjawab pertanyaan Bunda dengan senyum.
Lima menit kemudian…
“Berangkat sekarang saja, Chiara. Nanti kamu kesiangan lagi lho.”
“Ya Bunda… lima menit lagi deh kalau gitu,” Chiara sedikit memohon.
Lima menit kemudian…
“Ok deh, Bun, Chiara berangkat dulu ya…! Assalamu’alaikum…!” setelah mencium tangan Bunda, Chiara bergegas pergi.
“Wa’alaikum salam, hati-hati ya!”
Chiara naik angkot berwarna biru yang melewati kampusnya. Dan, benar kata Bundanya, kalau jam-jam segini ternyata macet!
“Uch, kenapa tadi aku nggak nurut kata-kata Bunda, ya? Duh, kayaknya niat gak telat aku gak kesampaian nih, macet banget.” Keluh Chiara.
Chiara sampai di kampus 15 menit setelah dosen masuk.
“Ya… telat lagi deh..” gumam Chiara sesampainya di depan kelas, sambil melirik jam tangannya dengan wajah menyesal.***
Sabtu, 16 Oktober 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar